Jakarta (Koalisinews.com), – Setidaknya ada 5 kekuatan kelompok besar yang mesti diperhitungkan dan dikonsolidasikan oleh Pemerintahan Prabowo ke depan agar pemerintahannya selama lima tahun yang akan datang dapat berjalan dengan baik.
Pertama, Kelompok status Quo yang direpresentasikan oleh Joko Widodo dan antek-anteknya. Walau bagaimanapun, kekuatan status quo ini tidak dapat dianggap remeh. 10 tahun berkuasa adalah waktu yang cukup lama untuk menancapkan pengaruh dan kuku cengkramannya dalam tubuh dan sendi kekuasaan.
Namun, secara faktual, meski kekuatan status quo ini tidak bisa dianggap remeh, di satu sisi kekuatan status quo ini juga banyak membawa “komorbid” masalah dalam pemerintahan Prabowo yang tentu saja akan menjadi tantangan tersendiri bagi idealisme Prabowo.
Kedua, kekuatan oligarkhi dan elit global. Setelah proxy mereka, Joko Widodo, lengser mereka tetap harus mempunyai jaminan keberlanjutan pengamanan kepentinganya ke depan dalam pemerintahan Prabowo di Indonesia.
Ketiga, kekuatan merah PDIP. Partai politik pimpinan Megawati Soekarno Puteri ini juga tidak bisa dianggap remeh. Selain sudah cukup mapan berkuasa di pemerintahan Joko Widodo. Kelompok ini terkenal militan dan solid.
Keempat, kekuatan partai politik baik pendukung maupun tidak. Yaitu kelompok partai politik, ormas, tokoh, dan jaringan yang sudah berjibaku memenangkan Prabowo. termasuk “oknum” maupun institusi pemerintahan yang sudah jadi rahasia umum juga berada di balik kemenangan itu. Begitu juga partai politik yang tidak mendukung Prabowo ketika Pilpres, namun bergabung dalam pemerintahan Prabowo kedepan.
Kelima, adalah kelompok civil society yang cenderung beroposisi secara keras sebelumnya dengan rezim Joko Widodo. Dimana kelompok ini direpresentasikan lagi dalam tiga kekuatan besar yaitu ; Kelompok Petamburan di bawah pimpinan Imam Besar Habieb Rizieq Shihab. Kelompok Menteng alias Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) di bawah pimpinan Panglima TNI 2016-2018 Jendral TNI Purn Gatot Nurmantiyo berserta puluhan tokoh lainnya. Dan kelompok “Anak Abah” alias kelompok barisan pendukung Anies Baswedan yang masih solid pasca Pilpres 2024 kemaren.
Masih ada beberapa kelompok lain lagi, namun dapat dikatakan berjalan parsial dan cenderung masih di bawah bayang tiga kelompok besar di atas.
Dengan adanya, lima poros kekuatan ini, tentu Prabowo mesti mempunyai formulasi dan “rumus kimia” bagaimana dalam formasi kabinetnya. Kabinet yang dinamakan Zaken Kabinet tersebut dapat terlaksana sambil mengakomodir kepentingan para kelompok kekuatan tadi dalam pemerintahannya.
Untuk itulah, kita mencoba membuat analisis dan mengasumsikan keabsahan nama-nama formasi kabinet Prabowo yang banyak beredar berbagai versi di sosial media dalam tiga kelompok kompartemen analisis yaitu ;
Pertama, Formasi Happy Kabinet. Yaitu, versi kabinet yang seolah menampung semua elemen kekuatan. Agar, menjelang pelantikan ini semua happy, merasa terakomodir karena bahagia nama tokoh yang merepresentasikan kelompoknya terakomodir. Versi ini diharapkan dapat meredam atau juga “mendecoy” opini publik dan kelompok kekuatan tadi sampai pelantikan terlaksana.
Kedua, Zonk Kabinet. Yaitu versi formasi kabinet yang sama sekali jauh dari formasi sebenarnya. Tujuannya juga untuk membuat “hat trick” agar langkah politik internal pemerintahan Prabowo tidak terbaca dan jauh dari upaya intervensi dan infiltrasi pihak luar. Dan kalaupun nanti ternyata versi tersebut terbukti zonk, orang-orang di dalamnya serta kelompoknya tidak bisa protes lagi, karena akan mudah dicap karena kecewa dan jadi barisan sakit hati.
Ketiga, Real and Shadow Cabinet. Yaitu versi formasi kabinet yang sebahagian benar adanya, dan sebahagian juga zonk. Tujuannya, sebagai alat “test the water” dari respon publik. Seberapa besar effect positif dan negatifnya.
Reaksi dan gejolak dari hasil formulasi susunan kabinet pemerintahan Prabowo nanti akan bisa kita lihat pasca diumumkan nanti oleh Prabowo langsung.
Kenapa hal ini penting ? Karena formasi kabinet hasil penunjukan Prabowo nanti sesuai hak preogratifnya sebagai Presiden terpilih akan menjadi pondasi dan gambaran bentuk arah kemana kiblat pemerintahan Prabowo ke depan. Apakah status quo atau perubahan ?
Niat baik dalam semangat rekonsoliasi Prabowo ke depan akan diuji dalam formulasi susunan kabinet nanti. Mana kelompok yang tidak akan terakomodir, sudah pasti akan bereaksi sesuai maqomnya.
Tinggal kita juga akan lihat, seberapa besar porsi status quo bayang-bayang Joko Widodo dalam mempengaruhi independensi Prabowo menunjuk Menterinya. Serta seberapa kuat independensi Prabowo untuk mewujudkan “Zaken Kabinet” pemerintahannya dalam menempatkan para menterinya “the right man on the right place”. Kita tunggu tanggal mainnya. Salam Indonesia Jaya !
Duren Sawit-Jakarta, 14 Oktober 2024.