Teva Iris;Pernyataan Dua Matahari Dari Syamsuar Cermin Tak Negarawan Usai Kalah Pilkada

Pekanbaru (Koalisinews.com), – Pemuda Millenial Pekanbaru (PMP) merasa sedikit kecewa atas pernyataan kontroversi yang disampaikan oleh Syamsuar kepada Gubernur Riau (Gubri). Dimana pernyataan itu menyampaikan jangan ada dua matahari dalam Pemrov Riau, ini menurut Teva Iris adalah sebuah pernyataan yang tidak mencerminkan seorang negarawan dari seorang  Mantan Gubri. Selain itu pernyataan ini terkesan bahwa Syamsuar belum legowo atas hasil pilkada dan pernyataan ini seperti ingin memecah belah Gubri dan Wagubri.

Teva iris Selaku ketua PMP merasa bahwa Syamsuar tidak pantas mengeluarkan pernyataan seperti itu. Apalagi peryataan itu disampaikan dalam kunjungan silaturahmi hari raya idul Fitri. Seharusnya sebagai seorang mantan Gubri Syamsuar bisa menjadi ditawar sidingin dan tunjuk ajar demi kemajuan Riau bukan malah ingin memecah belah pemimpin yang coba memajukan Riau.

“Apa yang disampaikan oleh Syamsuar menjadi sinyalemen bahwa Syamsuar bukanlah seorang tokoh yang bisa jadi panutan. Tapi Syamsuar terkesan adalah seorang yang berpikiran kerdil dan penuh intrik. Pernyataan adanya jangan ada dua matahari ini juga terkesan bahwa Syamsuar ingin dua orang pemimpin Riau ini bisa terpecah belah sehingga program program yang direncanakan tidak terealisasi. Apa yang diucapkan memperlihatkan bahwa Syamsuar belum legowo akan kekalahan dari Pasangan Abdul Wahid – SF Hariyanto,”ujar Teva Iris.

“Seharusnya sebagai seorang tokoh dan panutan yang pernah menjadi orang nomor satu di Riau, Syamsuar bisa menjadi embun penyejuk bagi pemimpin Riau. Seharusnya Syamsuar bisa memberikan ilmunya untuk kedua Pemimpin Riau ini agar bisa melanjutkan pembangunan Riau kearah lebih baik. Bukan malah menjadi orang yang coba untuk merusak hubungan baik kedua tokoh ini. Pernyataan ini juga menjadi bukti bahwa Syamsuar hanya ingin negeri Melayu ini selalu dalam perpecahan sehingga tidak bisa fokus mensejahterakan masyarakat. Sebuah pernyataan yang picik dan pernyataan tanpa dasar,” tambah Teva Iris.

Baca Juga:  Demo Kantor OJK, 5 Anggota LSM BARA API Lakukan Aksi Pecah Kepala

“Dengan pola pikir seperti ini maka kita jadi bisa mengerti kenapa dulu Syamsuar bisa ribut dengan wakilnya Edi Natar. Padahal akar permasalahannya cuma soal pemberian bantuan dalam safari Ramadhan. Jadi dengan pola pikir yang egois dan cuma mementingkan keinginan pribadi maka takan heran bisa timbul masalah seperti itu. Kita tak bisa salahkan saat itu Edi Natar jadi marah karena merasa harga diri diinjak injak oleh Syamsuar. Padahal itu adalah bantuan dari Pemrov yang seharusnya tidak perlu dimonopoli oleh satu orang saja. Tapi bisa disalurkan oleh siapa saja asal mengatasnamakan Pemrov Riau. Bukan mesti dimonopoli oleh Syamsuar karena itu bukan uang Syamsuar tapi uang rakyat juga,” lanjut Teva Iris.

Ketua PMP melihat apa yang dilakukan oleh Syamsuar hanya untuk memuaskan nafsu pribadinya. Sebuah bentuk kekecewaan atas kekalahan seorang incumben. Sehingga timbul pertanyaan yang kontroversi dengan harapan kedua pemimpin ini jadi terpecah dan renggang. Dengan begitu janji janji kampanye tidak akan terealisasi dan membuat pembangunan di Riau Jadi terkendala.

“Kita melihat pernyataan ini keluar karena Syamsuar masih cukup kecewa atas kekalahan telaknya dari pasangan Abdul Wahid – SF Hariyanto. Hal inilah yang jadi pemicu Syamsuar mengeluarkan pernyataan seperti itu. Syamsuar ingin agar apa yang terjadi pada dirinya bersama Edi Natar juga terjadi pada pemerintahan yang baru ini.Dengan begitu Syamsuar berharap ada kegoncangan di pemerintahan dan ketidakselarasan dalam pemerintahan. Hal ini bisa menjadikan program program tidak berjalan sebagaimana mestinya,” erang Teva Iris.

“Seharusnya kekalahan yang diderita Syamsuar bisa jadi bahan untuk introspeksi dirinya. Kenapa sebagai calon petahana Syamsuar tidak dapat memenangkan Pilkada. Namun hal itu tak terjadi sebab kepemimpinan beliau tidak mampu menghadirkan pembangunan yang bisa dirasakan oleh masyarakat. Bahkan kepemimpinan Syamsuar terkesan hanya menguntungkan diri pribadi dan kelompoknya saja. Bahkan diduga juga demi kepentingan keluarga dan kroni saja, urai Teva Iris lagi.

Baca Juga:  PENUH BANGGA, KARUTAN PEKANBARU SEMATKAN KENAIKAN PANGAT KEPADA TIGA ORANG PETUGAS

“Kami rasa Syamsuar tak perlu mengingatkan Abdul Wahid, sebab beliau bukan orang baru dalam politik.Abdul Wahid sudah kenyang makan asam garam politik. Begitu juga SF Hariyanto adalah birokrat tulen yang akan selalu taat dan patuh pada pimpinan. Beliau adalah orang yang selalu mengutamakan kepentingan pimpinan dari pada kepentingan pribadi. Kami lihat kepemimpinan ini bagai matahari dan bulan yang saling melengkapi. Abdul Wahid adalah matahari dan SF adalah bulan yang selalu butuh penerangan atau cahaya dari Abdul Wahid. Kini yang perlu Syamsuar lakukan adalah menikmati masa tua dan juga coba kembali merenungi apa yang jadi penyebab kekalahan dalam pilkada, bahkan di posisi paling akhir dari pilihan masyarakat,bukan malah jadi obor penyulut kekisruhan dalam pemerintahan provinsi Riau,” pungkas Teva Iris.(tim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *